Seandainya Cut Nya Dien masih ada, entah air mata apa yang akan dijatuhkan ke atas tanah Aceh. Saudara- saudara kita di sana sejak 1970-an tidak pernah merasakan kebahagiaan yang sama dengan apa yang telah dinikmati oleh propinsi lain di seluruh Indonesia, akibat rekayasa politik pertikaian GAM dengan tentara-tentara Soeharto, pembunuhan, pemerkosaan, hingga munculnya tsunami yang menghancurkan tanah Aceh dan membunuh ratusan ribu rakyat tak berdosa.
Ketika pak Amien Rais menjelaskan bagaimana Freeport memantapkan cengkeramannya di Papua dengan menguasai hak konsesi hampir seluruh wilayah pertambangan emas dan tembaga, mengeruk kekayaan rakyat dan menyisakan 9.36% untuk pemerintah dan hanya 1% untuk rakyat Papua, saya lalu bertanya-tanya “bila korporatokrasi Amerika ini bisa menguasai wilayah paling timur Indonesia, maka kenapa mereka tidak bisa menguasai WILAYAH PALING BARAT ?
Kita tidak bicara tentang bagaimana pasir kuarsa Riau dijual di bawah US 2 permeter kubik kepada Singapura yang kemudian mengembangkan wilayahnya lalu membangun apartemen di atas pasir-pasir itu dan menjualnya lagi justru kepada orang-orang kaya Indonesia dengan harga di atas US 1000/meter. Kita juga tidak bicara tentang Pulau Kalimantan, jagad rayanya mineral dan energi, pemilik salah satu deposit karbon terbesar di dunia yang kekayaan tambangnya telah direguk habis oleh Exxon, Chevron, Bumi dan perusahaan-perusahaan afiliasi zionis lainnya. Pula, kita tidak bicara tentang ratusan ton emas yang dikeruk NHM di Maluku Utara namun propinsinya disebut-sebut sebagai salah satu propinsi paling tertinggal di Indonesia. Kita tidak bicara tentang Wakatobi, pusat karang dunia terindah yang mengalahkan Great Barrier Reef di Australia dan Blue Hole yang ajaib di Belize, namun pemerintah bahkan tidak bisa menunjukkan di mana Kepulauan Wakatobi di dalam peta.
Mari sejenak kita tengok ke barat, Aceh, serambi mekah, salah satu pusat perdagangan Islam dan jalur ‘sutera’ para pedagang India dan Arab, satu-satunya tempat di mana syariat Islam ditegakkan. Apa yang dimiliki oleh Aceh ? Masya Allah,……….Potensi minyak hidrokarbon di timur laut Simeulue itu ternyata diperkirakan mencapai 320 miliar barrel, jauh di atas cadangan minyak Arab Saudi yang hanya memiliki volume 264 miliar barrel. Selain itu terdapat potensi tenaga panas bumi di Jaboi, Sabang, serta emas, tembaga, timah, kromium dan marmer di Pidie. Perut bumi Aceh juga menyimpan tembaga alam seperti Native Cupper, Cu, Chalcopirit, Bornit, Chalcosit, Covellit dan biji tembaga berkadar tinggi lainnya.
Sebagian besar orang menganggap Tsunami Aceh adalah bencana alam murni, sebagian kecil lainnya melihat “out of the box” bahwa tsunami adalah hasil rekayasa senjata thermonuklir Amerika yang diujicobakan. Salah satu dari mereka, M.Dzikron AM, dosen Fak Teknik Unisba menjelaskan hipotesa tentang hal ini.
1. NOAA, National Oceanic and Atmospheric Administration, beberapa kali merubah data magnitudo dan posisi episentrum gempa, serta kejanggalan tidak adanya peringatan pada ‘seismograf’ di Indonesia dan India. Secara sederhana, gempa selalu dipicu oleh apa yang disebut frekuensi elektromagnetik pada 0,5 atau 12 Hertz, dan bukan merupakan sebuah proses yang terjadi secara mendadak seperti tsunami di Aceh.
2. Sebagian besar mayat yang ditemukan terbujur kaku dengan kulit berwarna hitam pekat, kematian akibat tenggelam tidak akan mengubah warna kulit sedemikian cepat dan sedemikian hitam, sebaliknya mayat-mayat hitam juga nampak pasca dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Perhatikan Mayat-mayat Tsunami Aceh yang menghitam dibawah ini.
3. Kapal-kapal perang Amerika berdatangan dengan cepat dan bertahan di Aceh selama beberapa bulan bukan sekedar memasukkan bantuan namun juga mengawasi wilayah laut agar peneliti Indonesia tidak turun ke sana.
4. Ditemukan sampah nuklir 2 bulan pasca tsunami di wilayah Somalia yang kemudian diungkap UNEP, yang diduga berasal dari Samudera Hindia. Jenis senjata HAARP yang digunakan diperkirakan disebut Warhead Thermonuklir W-53 dengan kekuatan 9 megaton ternyata dapat dengan mudah ditempatkan dalam wadah yang mirip diving chamber (alat selam dalam) yang biasanya digunakan dalam eksploitasi minyak.
Teknologi perusak berbasis gelombang elektromagnetik pertama kali dikenalkan saintis Rusia Nikola Tesla Saintis ini menjadikan bencana gempa di berbagai negara pada 1937 sebagai sampel penelitian. Selanjutnya, Tesla melakukan penelitian mengenai penciptaan alat yang mampu memunculkan gelombang frekuensi tinggi yang bisa memicu badai dan gempa tektonik. Setelah melalui berbagai penyempurnaan, alat itu mampu mengalahkan kekuatan Nuklir. Anehnya, rancangan Tesla ini hilang tak berbekas setelah ia meninggal dan muncul kembali dalam program HAARP, padahal ketika pertama kali ditawarkan kepada Pentagon, rancangan Tesla ini ditolak mentah-mentah.
Apa yang pernah kami jelaskan sebelumnya sebenarnya berada di luar nalar logika kita, sehingga kita lebih percaya bahwa sebuah tsunami terlalu musykil dibuat dan dirancang oleh manusia. Namun bila kita memikirkan isu apa yang saat ini digadang-gadang oleh Amerika dan sekutunya, khususnya mereka yang terlibat dalam manipulasi Pemanasan Global, maka senjata HAARP bukan lagi cerita fantasi Hollywood, sebagaimana sosok orang terbelakang yang pada saat itu tidak pernah percaya pada Bom Atom yang dijatuhkan Enola Gay ternyata hasil rekayasa teknologi nuklir di kemudian hari.
Jenis senjata HAARP yang digunakan diperkirakan disebut Warhead Thermonuklir W-53 dengan kekuatan 9 megaton ternyata dapat dengan mudah ditempatkan dalam wadah yang mirip diving chamber (alat selam dalam) yang biasanya digunakan dalam eksploitasi minyak. Wadah ini sekaligus melindunginya dari tekanan sebesar 10.000 pon per inchi persegi di dasar palung laut dalam. Bobot total dengan wadahnya kurang dari lima ton, sehingga dapat dijatuhkan dari buritan kapal suplai anjungan pengeboran minyak lepas pantai. Metode teknologinya disebut SCALAR, yang menggunakan gelombang elektromagnetik untuk memanipulasi kekuatan alam.
Teknologi perusak berbasis gelombang elektromagnetik pertama kali dikenalkan saintis Rusia Nikola Tesla Saintis ini menjadikan bencana gempa di berbagai negara pada 1937 sebagai sampel penelitian. Selanjutnya, Tesla melakukan penelitian mengenai penciptaan alat yang mampu memunculkan gelombang frekuensi tinggi yang bisa memicu badai dan gempa tektonik. Setelah melalui berbagai penyempurnaan, alat itu mampu mengalahkan kekuatan Nuklir. Belakangan senjata pemusnah massal itu dikenal sebagai elektromangnetik SCALAR. Anehnya, rancangan Tesla ini kemudian hilang tak berbekas setelah ia meninggal dan muncul kembali dalam program HAARP, padahal ketika pertama kali ditawarkan kepada Pentagon, rancangan Tesla ini ditolak mentah-mentah.
Menurut Bertell, AS sudah melakukan uji coba sejak puluhan tahun lalu. Negeri Paman Sam menggunakan Barium dan Lithium yang “dikirim” ke lapisan ozon dengan bantuan gelombang elektromagnetik ke langit negara-negara asia. Teori Bertell didukung Michel Chossudovsky yang berprofesi sebagai analis persenjataan global. Chossudovsky menuduh Pentagon sudah lama membuat senjata untuk memanipulasi cuaca. April 1997, menurut Menhan William Cohen, AS terpaksa menghadapi serangan senjata perubah cuaca dengan senjata sejenis. Demikian juga dengan penggunaan gelombang elektromagnetik pemicu gempa dan tsunami.
Apa yang dijelaskan Bartell dan Chossudovsky sebenarnya berada di luar nalar logika kita, sehingga kita lebih percaya bahwa sebuah tsunami terlalu musykil dibuat dan dirancang oleh manusia. Namun bila kita memikirkan isu apa yang saat ini digadang-gadang oleh Amerika dan sekutunya, khususnya mereka yang terlibat dalam manipulasi Pemanasan Global, maka senjata HAARP bukan lagi cerita fantasy Hollywood, seperti orang-orang di seluruh dunia yang sebelumnya tidak pernah percaya pada Bom Atom yang dijatuhkan Enola Gay ternyata hasil rekayasa teknologi nuklir yang pada masa itu dianggap begitu canggih.
Presiden Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia (PPMI), DR Eggi Sudjana SH Msi mensinyalir, bahwa bencana yang menimpa NAD dan sekitarnya bukanlah gempa dan gelombang tsunami yang sesungguhnya. Akan tetapi sebuah gelombang bom termonuklir yang sengaja diledakkan di bawah laut .
Pendapat Eggi tersebut dikemukakan kepada Wawasan, usai dialog menyoal seratus hari pemerintahan SBY, di kantor pengacara Taufik SH di Solo. “Melalui pendapat dan analisa yang dikemukakan pakar nuklir independen asal Australia Joe Vialls, saya sepakat, bahwa ada indikasi kuat Amerika dengan dua kapal perangnya satu diantaranya bernama USS Abraham Lincoln, berada di balik tragedi itu,” katanya
Menurut Eggi, sebelum terjadi bencana itu (Tsunami), Amerika telah mengeluarkan travel warning kepada warganya agar tidak berkunjung ke Indonesia. Sementara masuknya kapal induk asing, cukup mengundang pertanyaan, kenapa diperbolehkan oleh pemerintah kita. Dengan kata lain, Jakarta tahu benar akan keberadaan kapal asing di perairan kita
“Ada temuan kejanggalan lagi, CNN selama ini memberitakan bahwa pusat gempa terjadi di dekat pulau We. Sementara yang terjadi sesungguhnya di dekat pulau Nias dengan kekuatan gempa hanya 5,4 skala richter. Namun yang terjadi adalah sebuah gelombang susulan dengan kekuatan yang lebih dahsyat. Ironisnya, perusahaan AS Exxon yang ada di sana, luput dari bencana itu. Sehingga ada dugaan keras, ada senjata pemusnah massal yang diarahkan ke sana,” paparnya
Usai kejadian itu, lanjut dia, tentara AS di kapal induk USS Abraham Lincoln yang jumlahnya 15.600 personil langsung diterjunkan. Sementara Kopassus dan Pasukan Reaksi Cepat (PRC), yang fungsinya sebagai penanggulangan bencana sama sekali tak diturunkan. Sementara India, Srilanka dan Thailand menolak kehadiran tentara asing itu. Televisi Al Jazeera pernah menyiarkan, bahwa bencana di Aceh bukanlah akibat gelombang tsunami. Akan tetapi sebuah bom helium yang bersifat halus namun mematikan
“Kami menduga India memang sudah tahu akan adanya bencana itu. Karena negara itu justru punya pencatat gempa, yang bisa membedakan mana gempa sungguhan dan mana gempa buatan. Di India di Tamil Nadu, merupakan pusat nuklir. Sehingga sudah terdeteksi dulu.”
Menurut Eggi, Joe Vialls tahu benar senjata termonuklir yang diledakkan di bawah laut akan menimbulkan gelombang dahsyat. Sementara jika tsunami, ketinggian gelombang maksimal, tidak akan mencapai seperti yang terjadi di Aceh. “Sejarah juga mencatat, selamanya tsunami tidak berdampak membakar korbannya, karena air. Namun sempat ditemukan tiga orang anak nelayan Aceh yang terbakar dengan tubuh penuh oli.”
Disinggung rencana besar apa di balik itu, Eggi mengatakan, AS ingin menjadikan pangkalan militernya di Aceh. Hal itu dikuatkan dengan ditolaknya percepatan militer itu untuk segera mengakhiri bantuannya di sana. Aceh juga akan dijadikan jaringan pasar bebas perdagangan AS. “Dalam kontek ini, SBY lemah, intelijen kita juga lemah. Apalagi TNI,” jelasnya
Pada tengah hari waktu Asutralia magnitude dan posisi yang dicatat oleh Kantor Pencatatan Gempa Jakarta, Indonesia. Sebuah gempa bumi berukuran 6.4 skala Richter telah menghantam wilayah utara Indonesia, yaitu Pulau Sumatera. Kantor Pencatatan Gempa Jakarta dengan teliti mencatat pusat gempa bumi yang terjadi pada waktu itu yang lokasinya pada 155 mil di selatan barat daya Provinsi Aceh.
Posisinya kira-kira berada 250 mil selatan pada posisi yang kemudian dipilih oleh the American NOAA, yang memetakan pusat gempa di barat laut Aceh, dan yang pada mulanya diklaim terbaca sebesar 8.0. Richter. Cilakanya, walaupun kekuatan gempa tersebut tidak cukup untuk menutupi kerusakan yang diakibatkan kejadian yang luar biasa, jadi NOAA secara terus-menerus memperbaharui membacanya menjadi 8.5, kemudian menjadi 8.9, dan akhirnya 9.0 – setidaknya untuk waktu itu.
Jadi, kejanggalan pertama yang disuguhkan oleh pejabat-pejabat Amerika di NOAA, tiba-tiba ditemukan sesuatu yang baru yang ‘fleksibel’ titik tertinggi gempa bumi untuk kejadian tersebut, yang lebih besar daripada Jakarta, ketika kantor di Jakarta menentukan lokasi yang lebih dekat pada hampir point-blank range. Percayalah ketika Saya menceriterakan kepada Anda bahwa tidak ada sesuatu seperti ‘fleksibel’ yang baru ‘titik tertinggi yang diklaim NOAA. Titik pertama tertinggi gempa bumi yang dicatat adalah hanya titik tertinggi yang sebenarnya, kecuali tentu saja Anda sendiri kemudian menambahkan menggambar beberapa titik tertinggi lainnya, untuk menyesuaikan dengan agenda yang diusahakan. Tentu saja hanya terdapat satu titik pusat gempa yang telah dicatat secara dengan benar oleh lusinan seismograph, baik di Indonesia maupun di India.
Untuk menyederhanakan masalah bagi pembaca non-teknis, sebuah gempa bumi selalu dipicu oleh sebuah getaran frekuensi elektromagnetik berkisar antara 0.5 sampai 12 Hertz , tetapi bukan kejadian yang mendadak, karena getaran frekuensi harus tepat. Dengan demikian getaran yang sebenarnya mendekat, garis patah mulai bergetar seperti seutas tali yang tegang, kemudian mengirimkan peringatan kepada seismograph dalam bentuk peningkatan yang mantap berupa garis lintang gelombang yang menyapu.
Jika semua yang Anda dapat adalah sebuah cluster dari “P” tekanan gelombang, kemudian Anda hampir pasti melihat ledakan di bawah tanah atau di bawah permukaan laut. Bahkan ini sebenarnya hanya merupakan sinyal yang banyak dari seismik yang didapat oleh Indonesia dan India, dan mereka memperhatikannya dengan rasa keingin tahuannya karena serupa dengan yang dihasilkan oleh ledakan besar senjata nuklir bawah tanah di Nevada beberapa tahun lalu
HAARP dan tsunami Aceh mungkin hanya menjadi bahan tertawaan kita. Konspirasi memang selalu memiliki alasan untuk membenarkan dirinya sendiri, namun bagi saya pribadi konspirasi adalah bagaimana kita melihat dengan cara pandang yang berbeda. Apa pun itu, kerusakan oleh tangan-tangan manusia di muka bumi yang berhasil membunuh ratusan ribu rakyat Aceh, yang kemudian menguasai gas alam dan minyak bumi pertiwi melalui perusahaan-perusahaan seperti Ber-Awick, Exxon dan Rio Tinto, kekuatan nuklir luar biasa itu ternyata TETAP TIDAK MAMPU MENJATUHKAN 20 MASJID ACEH yang masih berdiri tegak sampai sekarang !!!
ALLAHU AKBAR !!!